Gubernur Jabar Diduga Terlibat Geothermal Kisruh Ciremai Pasca digadai

DICARI Presiden Bernyali
Cabut Subsidi

Subsidi BBM terus membengkak setiap tahun. Selain salah sasaran, konsumsi
BBM subsidi terus menanjak. Bila dibiarkan, akan terus membebani APBN.
Senyampang Indonesia akan menggelar Pemilihan Presiden Juli nanti,
pilihlah presiden yang tegas dengan visi ketahanan energi: berani mencabut
subsidi BBM yang salah sasaran, juga fokus mengembangkan program
konversi ke gas dan energi terbarukan.

Kalija Tak Lagi Mangkrak

Hampir satu dasa warsa terbengkalai, proyek
gas pipa Kalimantan-Jawa (Kalija) akhirnya
jalan. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN)
menjadi juru selamat, melanjutkan proyek
yang akan terintegrasi dengan jaringan pipa
gas trans Jawa. Setelah proyek jalan, gas akan
disuplai untuk pembangkit PLN, industri, dan
rumah tangga di Jawa Tengah. Berharap ini
bukan hanya sekadar proyek politik.

Pemberlakuan UU Minerba
\"Obral Tanah Air Harus Berakhir\"
Harapan Baru Biodiesel

Pemerintah menggunakan
berbagai cara untuk
mendorong penggunaan
alternatif Bahan Bakar Minyak
(BBM). Maklum, konsumsi
BBM terus menanjak dari tahun ke
tahun, yang menyebabkan anggaran
subsidi juga terus membesar.

Mulai Januari 2014, pemerintah resmi memberlakukan Undang-Undang
Mineral dan Batubara (Minerba). Melalui aturan ini, ekspor bahan mentah
tambang dilarang. Tapi aturan diperlonggar, akibat lobi pemodal raksasa
bergentayangan. Pengusaha lokal tercekik, raksasa Freeport dan Newmont
bebas melenggang.

PT Pertamina was showing us its ambition
just at the near end of 2013. In a week, the
company acquisited five oil and gas blocks
inside and outside the country which valued
dozen trillions of rupiah. One more thing,
Pertamina has been taking steps to start
building what is soon to be the world’s third
tallest bulding in the world, surpassing
Petronas Tower in Malaysia.

Tak Putus Dirundung Prahara

Setahun pasca pembubaran BP Migas, nasib penggantinya terus didera prahara. Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), penerus BP Migas, harus berjuang mengembalikan jatidiri dan mengejar target lifting migas setelah didera isu miring soal suap. Tarik menarik kepentingan besar masih kuat di rumah migas ini.

“Justru keberadaan SKK Migas penting untuk menyelamatkan industri migas di tanah air.”

November 2013, tepat setahun akhir tragis kisah Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BP Migas).Pada sidang terbuka, 13 November 2012 lalu, melalui Surat Keputusan bernomor MK No 36/PUU-X/2012, Mahkamah Konstitusi memutuskan untuk membubarkan BP Migas.

Mahkamah membatalkan pasal 1 angka 23 dan pasal 4 ayat, pasal 41 ayat 2, pasal 44, pasal 45, pasal 48, pasal 59 huruf a dan pasal 61 dan pasal 63 UU Migas bertentangan dengan UU 1945. Pasal yang dianulir tersebut menyatakan bahwa pengelolaan migas ini diserahkan ke BP Migas yang merupakan wakil pemerintah.
Mahkamah membubarkan BP Migas karena dianggap telah melakukan inefisiensi terhadap kekayaan rakyat dan bertindak seolah-olah sebagai pemilik migas. Seharusnya, seluruh aktivitas pengelolaan kegiatan hulu migas dilakukan atas seizin pemerintah.

Mahkamah juga menganggap BP Migas rentan terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan proasing.

DICARI Calon Presiden Yang Kuasai Sektor Energi

Pemilu 2014 tinggal hitungan bulan. Partai-partai politik berlomba mencari figur calon presiden yang hebat, mumpuni, dan bisa mengatasi segala masalah. Untuk menjaring jago yang berkualitas dan disenangi rakyat, sebagian partai politik sudah membuka lowongan calon presiden yang lazim disebut konvensi. Lowongan ini dibuka untuk umum. Ada puluhan calon yang berminat menjadi orang nomor satu di republik ini.

Mekanisme penjaringan ini memang jauh lebih terbuka. Siapapun berhak untuk mencalonkan diri. Jadi, tak ada lagi istilah ibarat kucing dalam karung. Ini salah satu buah dari keterbukaan yang dimulai sejak lengsernya orde baru tahun 1998. Demokrasi telah memberikan banyak perubahan terhadap tatanan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Negara ini bahkan telah berubah menjadi negara yang paling demokratis di dunia.

Para calon kini sudah mulai berkampanye dan beriklan, meskipun musim kampanye belum dimulai. Di televisi, koran, dan baliho, mereka tampil simpatik, religius, dan kesatria. Di hotel dan resto mewah, di warung kopi, di tengah-tengah pengajian, di kawasan kumuh, bahkan di wilayah perbatasan mereka memberi perhatian khusus kepada kita semua, dengan harapan kelak bisa memilihnya.

Pada satu kesempatan mereka tampil bagaikan ulama, pada kesempatan lain mereka tampil seperti artis, hingga kita susah membedakan mana artis, mana ulama, dan mana calon presiden. Waktu terasa begitu berharga buat mereka. Tak ada celah untuk tidak berkomunikasi dengan masyarakat. Mereka menjual mimpi, seakan di tangannya, Indonesia akan berubah menjadi negara yang makmur, damai, dan sejahtera. Indah sekali.

Isu-isu penting di negara ini mereka uraikan dan carikan jalan keluarnya. Mereka fasih bicara kemiskinan, keterbelakangan, pendidikan, transportasi, dan bencana alam, tetapi ada yang lupa yang mereka kampanyekan, yakni sektor energi.

Ajang konvensi ini, seharusnya bisa digunakan untuk menemukan pemimpin yang benar-benar mempunyai visi kemandirian dan ketahanan energi. Dua isu ini yang mutlak harus dikuasai oleh Presiden Indonesia mendatang. Betapa tidak, tanpa kemandirian dan ketahahan energi, perjalanan bangsa ini akan terseok-seok. Kita sangat tergantung kepada bangsa asing, kita akan menjadi bangsa yang konsumtif. Kita tak punya bargaining power apapun. Kalau tidak dipikirkan sejak sekarang, maka kita pasti akan menjadi negara dengan impor energi terbesar di dunia.

Untuk mencapai kemandirian dan ketahanan energi, pemerintah harus merumuskan perencanaan yang jelas dan matang. Dengan demikian, negara ini bisa mencapai swasembada energi. Untuk bisa mencapai swasembada energi, teknologi harus dikuasai untuk mengahasilkan energi baru serta harus terus dikembangkan. Pemanfaatan energi baru dan energi alternatif membutuhkan proses yang lama, oleh karena itu harus dimulai dari sekarang. Tanpa dukungan pemimpin bangsa ini, rasanya agak sulit rencana besar tersebut dapat diwujudkan. Maka, sangat penting untuk mencari pemimpin yang pro dan peduli terhadap sektor energi.

Presiden mendatang juga harus menjadi wadah untuk mencari dan memberikan kesempatan kepada orang-orang mempunyai kepedulian terhadap sektor energi. Sektor energi merupakan sektor yang sangat penting, menguasai hajat hidup orang banyak, untuk itu perlu pemimpin yang berwawasan luas dan mempunyai visi mengenai sektor energi. Masyarakat tentu berharap konvensi capres ini tidak hanya menjadi ajang bagi partai untuk menggalang dana kampanye atau menaikkan elektabilitas partai semata. Akan tetapi, sebagai ajang untuk mencari calon pemimpin yang bekualitas, prorakyat, mempunyai visi terhadap ketahanan energi, serta kemandirian bangsa.

Presiden mendatang juga harus menguasai persoalan energi tanah air. Presiden mendatang jangan hanya puas bahwa Indonesia memiliki banyak sumber energi, tapi tak mampu mengelolanya. Presiden mendatang harus bisa menjadi pelopor pelaksanaan diversifikasi energi, pemanfaatan energi terbarukan, penguasaan ilmu dan teknologi serta mencari sumber-sumber energi baru lainnya.

Kita jangan hanya menjadi penonton. Pada saat negara maju sudah merintis pemanfaatan shale gas, kita sibuk dengan tabung gas yang meledak. Pada saat negara maju sudah menemukan teknologi penghemat bahan bakar, kita sibuk menimbun BBM. Pada saat negara maju sudah mampu meningkatkan kemampuan geothermal, kita malah cakar-cakaran mengurusi patok lahan kehutanan. Pada saat negara maju berhasil menciptakan listrik dari sampah, kita sibuk berantem dengan tetangga gara-gara membuang sampah sembarangan. Jangan sampai waktu dan energi kita habis untuk hal-hal yang remeh temeh. Paradoks-paradoks semacam ini harus segera diakhiri.

Mari, siapapun presidennya harus bisa mengubah mindset rakyat kita. Kita sudah tertinggal jauh dari negaranegara yang dulu berada di bawah kita. Di zaman sekarang capres tak cukup hanya ganteng, dekat dengan rakyat, dan pintar orasi. Capres sekarang harus tahu masalah energi, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menguasai energi.

Beware, Multidimentional Crisis

Rupiah price keeps slipping, now reaches 11,000 rupiah for one US dollars. This condition will lead to unfavorable situations. Commodity prices will fly high while people on the ground scream.

Rupiah crisis has struck the nation, rendering it powerless. The dependency on US dollars pushes our economy to unclear situation because commodities are decided based on US dollars.

Energy sector receives the most severe blow. Recently government increased the prices of fuel with subsidy from 4,500 rupiah to 6,500 rupiah a litre for Premium grade fuel and 5,500 for Solar grade fuel. Grassroot must endure the burden: prices of basic commodities skyrocketed in an instant, even higher than fuel price increase. The misery does not seem to come to an end. While inflation occurs because of fuel, rupiah is getting very weak.

Not only that, increase in global oil prices will haunt the economy. This could lead to government’s increased expense followed by commodity prices increase even more uncontrollably.

Our economy was relatively stable before new fuel price had been put into effect. There should have been no need to panic over crisis of economy in Europe. In fact, we could have been standing strong in terms of energy and food supply. We panic because we officially has become pure importer of oil and gas. Not only that, we also have become an importer for household goods and food.

The National Statistics Agency (BPS) noted there are at least nine kinds of food still being shipped to Indonesia, such as potato, cassava, oat, flour, soy bean, rice, corn, ginger, and fruits. The food is actually can be planted in Indonesia because this country has good climate. Ironically, we import them.

Other consumer goods like food, drink, cigarette, drug, cosmetics and other household are still imported. Even earpicks. Agus Martowardoyo, the Governor of the Bank of Indonesia keeps reminding government to maintain food supply. The central bank has noted that the inflation in July hiked 8.61%% or 3.29%% monthly. In line with monthly survey, inflation in August has reached over 1%%.

Government might warn, but how can this nation stand tall if its goods are still being imported. Not only that, government must learn to accept the situation. Like what is said by the Ministry of Social Affair Salim Segaf Al- Jufri. He insisted that weak rupiah exhange rate does not bring bad effect to people in middle and lower economic class. The effect is only felt by big business, especially, according to Salim, export and import business. Meanwhile, Salim sees that the middle and lower economic class can survive like what happened in 1998.

“Do poor people use dollar? What poor people get is the national product,” said Salim during his visit to a resident on Jalan Lebak Bulus V, Fatmawati, West Cilandak, South Jakarta, Saturday (August 24, 2013).

This fundamental problem can not be tackled with just warnings or putting down facts presented to government. There should be a real action. Government has issued four policies to respond this economical shake. But government must act fast to overcome this kind of situation.

Agustus 2014

Geo Energi  - Agustus 2014

Juli 2014

Geo Energi  - Juli 2014

June 2014

Geo Energi  - June 2014

Mei 2014

Geo Energi  - Mei 2014

April 2014

Geo Energi  - April 2014

March 2014

Geo Energi  - March 2014

January 2014

Geo Energi  - January 2014

Geo Energi  Cover - December 2013 Edition

December 2013

Geo Energi  - December 2013

Oktober 2013

Geo Energi  - Oktober 2013

Geo Energi  Cover - September 2013 Edition

September 2013

Geo Energi  - September 2013

GEO ENERGI is a print and online magazine which covers all events in energy sector published by PT. Multimedia Internetindo. With its priority on truth and accuracy of the news GEO ENERGI becomes the main reference for businessmen, decision makers, also public who wants to know deeply about all the things related in energy sector.

Download your favorite titles and read them offline, anytime and anywhere

Gift your loved ones with a Magzter Gift Card instantly and give them the freedom to read their favorite magazines and newspapers from thousands of best-selling titles.

Gift your loved ones with a Magzter Gift Card instantly and give them the freedom to read their favorite magazines from thousands of best-selling titles.

Gift your loved ones with a Magzter Gift Card instantly and give them the freedom to read their favorite magazines from {{magCount}}+ best-selling international titles.

Name

Please fill out this form if you need any help regarding publishing your content on Magzter

Since we launched, Magzter has been committed to partnering with global organizations to provide the greatest possible newsstand technology & service to our customers. Whether you are looking to offer magazine subscriptions to your customer database or just want to learn more, Magzter is committed to helping your business grow. To find out more, please fill out the questionnaire below:

Geo Energi - June 2014

Geo Energi - June 2014

In this issue

Geo Energi Magazine Description: